RISET PENGEMBANGAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK EKOSISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
Latar Belakang Penelitian
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pada ekosistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi salah satu hal yang perlu diupayakan lebih lanjut. SDM menjadi ujung tombak utama dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat Indonesia. Pemerintah pun sudah mengupayakan Pengembangan SDM melalui penetapan kebijakan nasional perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan (SDMK) yang tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33 Tahun 2015. Kita bisa berkaca mengenai pentingnya pengembangan manajemen SDM di Faskes melalui situasi Pandemi COVID-19 yang sudah berjalan hingga hampir 2 tahun lebih. Pelayanan kesehatan oleh pemerintah yang memadai menjadi urgensi utama untuk kesehatan masyarakat luas. Adapun, beberapa isu yang sering muncul misalnya jumlah tenaga kesehatan dan ketidakmerataan kompetensi SDM di Fasilitas Kesehatan. Oleh karena itu, pengembangan Manajemen SDM yang menyeluruh di Fasilitas Kesehatan bisa menjadi salah satu alternatif tindak lanjut dalam pengembangan manajemen SDM di Indonesia dalam menjawab isu-isu pengembangan SDM di Fasilitas Kesehatan Indonesia di ekosistem JKN.
Tujuan Riset
Riset ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pengembangan manajemen sumber daya manusia untuk ekosistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Manfaat Riset
Melalui riset ini Fasilitas Kesehatan dapat mengetahui kebutuhan pengembangan manajemen sumber daya manusia pada ekosistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Target Responden
Tenaga Pendukung Fasilitas Kesehatan di Indonesia
Profil Responden
Pada bagian ini merupakan profil responden dari riset ini yang dibagi menjadi beberapa kriteria. Jumlah total responden riset ini adalah 1026 responden yang merupakan tenaga pendukung dari beberapa jenis fasilitas kesehatan di Indonesia.
-
Asal Instansi
-
Jabatan
-
Masa Bekerja

Kondisi Pekerjaan
Pada bagian ini merupakan dimensi kondisi kerja. Dimensi ini dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana kondisi kerja yang dilakukan oleh setiap responden dalam menjalankan pekerjaannya, mencakup kondisi interaksi dengan konsumen, sifat pekerjaan yang dilakukan, dan lokasi kerja.
-
Gambaran Umum Kondisi Pekerjaan Responden
-
Perbandingan Kondisi Pekerjaan berdasarkan jenis Faskes
-
Perbandingan Kondisi Pekerjaan berdasarkan jenis instansi
-
Perbandingan Kondisi Pekerjaan berdasarkan jabatan

Pengalaman Pelatihan
Pada bagian ini merupakan dimensi Pengalaman Pelatihan. Dimensi ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi pengalaman pelatihan yang dialami oleh responden yang terdiri dari jumlah pelatihan, biaya pelatihan, durasi pelatihan dan jenis pembiayaan pelatihan.
-
Pengalaman Pelatihan
-
Jumlah Pelatihan yang diikuti (selama tahun 2021)
-
Durasi Program Pelatihan yang diikuti
-
Biaya Pelatihan

Kebutuhan Pelatihan
Pada bagian ini merupakan dimensi Kebutuhan Pelatihan. Dimensi ini memberikan gambaran kompetensi yang dibutuhkan oleh responden berdasarkan jenis kompetensi.
- Kebutuhan Pelatihan berdasarkan :
-
Kompetensi Teknis (Hard Competency)
-
Kompetensi Perilaku (Soft Competency)
-
All (gabungan Hard & Soft Competency)
-
Kompetensi Lainnya
-

Preferensi Pelatihan
Pada bagian ini merupakan dimensi Preferensi Pelatihan para responden. Dimensi ini mencakup durasi, metode, dan lokasi yang dirasa efektif untuk mengikuti pelatihan.
-
Preferensi Durasi Pelatihan
-
Preferensi Metode Pelatihan
-
Preferensi Lokasi Pelatihan
-
Aspek yang membuat Pelatihan menjadi menarik

Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan, terdapat beberapa poin utama yang bisa disimpulkan, yakni :
- Kompetensi teknis (Hard Competency) yang dibutuhkan oleh responden adalah Kualitas Pelayanan, Manajemen Pelayanan dan Pengaduan, Tata Kelola Organisasi, Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat, dan Manajemen Klaim.
- Kompetensi Perilaku (Soft Competency) yang dibutuhkan oleh responden adalah Bekerja Secara Profesional, Menciptakan Lingkungan yang Bertanggung Jawab, Orientasi Strategis, Kepemimpinan Empatik, dan Perencanaan dan Pengorganisasian.
- Preferensi mayoritas responden terhadap pelatihan dilakukan dengan metode pembelajaran tatap muka, lokasi pelaksanaan pelatihan di luar instansi, dengan durasi belajar 3-4 jam per hari (half day training). Adapun faktor pendorong lainnya yang mempengaruhi ketertarikan responden FKTP dan FKRTL untuk mengikuti pelatihan yaitu Topik Pelatihan, Metode Pembelajaran, dan Fasilitator.
- Responden berasal dari FKTP (334 orang) dan FKTRL (692) dari berbagai latar belakang pekerjaan di bidang kesehatan, mayoritas dari mereka telah menjabat di instansi selama lebih dari lima tahun.
- Pengalaman responden dalam mengikuti pelatihan diantaranya sebagian besar dilakukan 1-3 hari, disediakan oleh instansi, dengan sebaran biaya pelatihan yang beragam yaitu kelompok biaya Rp. 150.000- Rp. 300.000, 1-2 juta rupiah, 2-3 juta rupiah, 3-4 juta, dan 4-5 juta rupiah. Mayoritas responden FKTP dan FKRTL dibiayai pelatihannya oleh instansi.
